Sejarah

Sejarah Nagari Batu Banyak

Perkiraan pada abad XIII berkuasa di Pariangan Padang Panjang  Dt. Bandaro Kayo & Maharajo Basa dimasa itu Daerah Pariangan Padang Panjang sudah semakin padat penduduknya ada beberapa kelompok menjadi pemikiran untuk penyebaran penduduk kewilayah lain, maka yang  menghadap  Dt. Katamanggungan dan Dt. Parpatih Nan Sabatang guna mohon izin dan restu untuk penyebaran penduduk, setelah memperoleh izin dari kedua pemimpin kerajaan, mulailah penduduk berangkat melalui pintu gerbang gapura kearah Timur Tanah Datar, kearah Barat Agam dan kearah Utara Lima Puluh Koto yang juga merupakan asal usul nama Luhak Nan Tigo. Lama kelamaan jumlah penduduk yang pergi mencari daerah baru semakin banyak dan yang tinggal semakin kurang, maka Dt. Bandaro kayo berfikir bahwa kalau begini terus menerus mungkin penduduk pariangan padang panjang semakin habis, untuk itu dia tidak lagi akan mengizinkan warga untuk pergi mencari daerah baru.

Pada abad XV Setelah serombongan penduduk yang dipimpin oleh ketua adat yang bernama Tuanku Labuah Basa yang kemudian bergelar Sultan Manangkerang menghadap kepada Dt. Bandaro Kayo menyampaikan keinginan dan Mohon izin restu dan petunjuk guna mencari daerah baru. Setelah Dt. Bandaro Kayo dan Dt. Maharajo Basa membicarakan dengan pemuka adat dan pimpinan di Pariangan Padang Panjang. Diizinkanlah pemberangkatan rombongan itu dan diberikan petunjuk menuju ketimur ( Tanah Datar ), dengan catatan rombongan ini merupakan rombongan yang terakhir memperoleh izin. rombongan Sultan Manangkerang tersebut berangkat menuju arah ketimur, ditengah perjalanan rombongannya bertambah juga karena untuk seterusnya Dt. Bandaro Kayo  tidak lagi memberi izin dan pintu gerbang di Pariangan sudah dikunci. Dengan arti kata rombongan itu adalah rombongan terakhir dan pintu telah dikunci/ditutup. Lama-kelamaan anak kemenakan bertambah dan berkembang juga, niniak mamak, cadiak pandai, di luhak tanah data berfikir serta merenungkan nasib anak kemenakan selanjutnya untuk masa – masa seterusnya.

Maka timbullah pendapat dari 45 orang Niniak Mamak, cadiak pandai untuk memperkembang Daerah tempat pemukiman baru, dengan atas pemufakatan bersama bulatlah tekat mencari Daerah baru.

Dari Luhak Tanah Datar Batu Sangka menuju arah ke Barat sampailah niniak Moyang dengan rombongan  di muara  batang ombilin seterusnya menuju ke arah Selatan hilir tepi Danau Singkarak tibalah Daerah Kubuang 13 (Tigo Baleh).

Daerah kubung 13 meliputi Lubuak Sikarah, Solok, Salayo, Cupak, Gantuang Ciri, Talang, Talago Dadok, Guguak jo Koto Nan Anam, Kinari jo Muaro Paneh,  Tanjuang Nan Ampek jo Tanjuang Baliak, alam surambi Sungai Pagu, Koto Panyudahi Panyangkalan, Sirukam dan Supayang, terus sampai ke bukit baih dan Taruang-taruang.

Sesuai dengan pepatah perjalanan manusia secara adat gadang aie dari ateh gadang pusako dari baruah.

Dari perkembangan tersebut dapat kata sepakat Ibu Solok Bapak Salayo, Kakak Guguak ,Adiak Koto Nan Anam, yang disebut koto nan anam adalah sebagai berikut :

  1. Tanah Sirah sungai nyo janiah
  2. Batu Banyak kotonyo laweh
  3. Limau Lunggo Bajanjang Batu

Jadi orang koto nan anam berasal dari Guguk terus ke Guguk Bayue bagian timur menuju  ke suatu tempat yang kemudian diberi nama Panta. Dikarenakan dari tempat ini ninik nan batigo diantakan yaitu :

  1. Tanah sirah
  2. Guguak malintang
  3. Limau lunggo

Setibanya di Panta niniak mamak atau moyang kita melihatlah arah ketimur, tambah daerah pemukiman  tanah malintang dari utara ke selatan dengan kemiringan + 30 derajat diberi nama guguk malintang bersama-sama niniak mamak dan anak kemenakan membuat tempat pemukiman :

  • Pertama dibuat taratak
  • Taratak menjadi koto
  • Koto menjadi dusun

Beberapa kampuang menjadi Nagari. Nagari  punya labuah artinya jalan dan batapian artinya tampek mandi  yang mempunyai susunan niniak mamak nan ba kantui artinya tempat menjalankan roda pemerintahan, Nan bamusajik tempat beribadah mendirikan sholat dan pengajian agama islam, nan ba balai-balai adat tampek menyelesaikan sengketo sako jo pusako.

Dengan telah tersusunnya Nagari maka timbullah Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah, untuk menentukan Wilayah ditentukan batas Nagari secara adat( tanah ulayat hukum adat ):

  • Sebelah timur dengan batu baraguang, batu kasek, batu sirisau
  • Sebelah barat dengan batu sibeloh, batu parahu tatungkuk, batu bangalau
  • Sebelah utara dengan batu batalui jo batu batingkok
  • Sebelah selatan batu ba amo, batu bagiriak.

Banyaknya nama batu yang telah menjadi  wilayah hukum adat maka nama guguak malintang dijadikan nama Nagari Batu Banyak.

Dengan adanyo Nagari maka dilengkapi atau dihuni oleh beberapa keturunan atau beberapa suku. Suku adalah golongan orang-orang yang seketurunan atau lebih, lebih tepatnya orang sekaum atau seketurunan. Dengan toritorial kepemimpinan tertinggi dalam sebuah suku adalah urang ampek jinih, ditambah dengan orang tua suku sebagai penasehat untuk memecahkan masalah yang timbul dalam suku disesuaikan dalam kerangka suku karena itu setiap suku mempunyai wadah interen yang dipimpin lansung oleh penghulu suku.